Dari “Akad” Hingga Festival Ghazal: Saat Musik dan Puisi Menjadi Bahasa Universal Pengikat Hati
3 min read
Musik dan puisi telah lama menjadi medium universal untuk mengekspresikan perasaan cinta dan komitmen yang mendalam. Kekuatan lirik dan melodi mampu melintasi batas budaya, menyampaikan pesan yang menyentuh hati para pendengarnya. Hal ini terbukti, baik melalui lagu pop fenomenal di Indonesia maupun dalam sebuah festival syahdu di panggung internasional, di mana esensi cinta dan pengabdian dirayakan dengan cara yang unik.
Kisah di Balik Lagu “Akad” yang Fenomenal
Di kancah musik Indonesia, grup musik Payung Teduh telah berhasil menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan para penggemarnya. Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah kemampuan mengangkat kisah-kisah nyata dari lingkungan sekitar menjadi karya yang tulus. Lagu “Akad” menjadi contoh sempurna.
Lagu ini ternyata tidak lahir dari ruang hampa, melainkan terinspirasi dari pengalaman pribadi rekan-rekan mereka. “Akad” diciptakan sebagai sebuah pengingat lembut bagi pasangan-pasangan yang telah lama menjalin hubungan namun masih ragu untuk melangkah ke jenjang pernikahan yang lebih serius. Melalui melodi yang menenangkan dan lirik yang lugas, lagu ini berhasil menangkap kegelisahan sekaligus harapan banyak orang, membuatnya menjadi salah satu lagu paling ikonik dalam beberapa tahun terakhir.
Lirik dan Kunci Gitar Lagu “Akad” – Payung Teduh
Berikut adalah lirik dan kunci gitar dari lagu yang telah menjadi bagian dari banyak kisah cinta di Indonesia:
[Intro] F#m B (3x) E A
Betapa bahagianya hatiku saat Bm Ku duduk berdua denganmu E Berjalan bersamamu A Menarilah denganku
A Namun bila hari ini adalah yang terakhir Bm Namun ku tetap bahagia E Selalu ku syukuri A Begitulah adanya
[Verse] Bm E Namun bila kau ingin sendiri C#m F# Cepat cepatlah sampaikan kepadaku Bm Agar ku tak berharap Dm E Dan buat kau bersedih
[Chorus] A C#m Bila nanti saatnya telah tiba Em F# Bm Kuingin kau menjadi istriku Dm C#m F# Berjalan bersamamu dalam teriknya hujan Bm E Berlarian kesana kemari dan tertawa
A C#m Namun bila saat berpisah telah tiba Em F# Bm Izinkanku menjaga dirimu Dm C#m F# Berdua menikmati pelukan di ujung waktu Bm E Sudilah kau temani diriku
[Interlude] F#m B (3x) E G F# Em Am D Bm E Am D Bm E
[Verse] A Bm E Namun bila kau ingin sendiri C#m F# Cepat cepatlah sampaikan kepadaku Bm Agar ku tak berharap Dm E Dan buat kau bersedih
[Chorus] A C#m Bila nanti saatnya telah tiba Em F# Bm Kuingin kau menjadi istriku Dm C#m F# Berjalan bersamamu dalam teriknya hujan Bm E Berlarian kesana kemari dan tertawa
A C#m Namun bila saat berpisah telah tiba Em F# Bm Izinkanku menjaga dirimu Dm C#m F# Berdua menikmati pelukan di ujung waktu Bm E C#m F# Sudilah kau temani diriku Bm E C#m F# Sudilah kau menjadi temanku Bm E Sudilah kau menjadi istriku
Gema Cinta Lintas Budaya di Festival Dayar-e-Ishq
Sementara itu, di panggung internasional, semangat cinta dan pengabdian yang sama dirayakan dalam format yang berbeda melalui Festival Dayar-e-Ishq. Acara yang digambarkan sebagai pertemuan musik, puisi, dan devosi ini menghadirkan suasana yang syahdu dan penuh perenungan.
Acara ini menampilkan seniman terkemuka Minu Bakshi dan Ustad Shujaat Husain Khan, yang lantunan musik dan pembacaan puisinya yang anggun berhasil menciptakan atmosfer yang sangat mendalam dan memikat bagi para hadirin. Diselenggarakan oleh S Nasir Ali di bawah naungan Dr. Mohsin Wali dan dikurasi oleh Kamal Amrohvi, malam tersebut juga menjadi momen peluncuran koleksi puisi terbaru dari Minu Bakshi yang berjudul Fariyad.
Suasana menjadi semakin khidmat dengan dibawakannya beberapa ghazal klasik, seperti Dar-e-Yaar Par Mujh Ko dan Chhaap Tilak Sab Chheeni, yang semakin memperkaya pengalaman spiritual dan emosional malam itu. Festival ini menjadi bukti bahwa ekspresi cinta melalui seni adalah bahasa universal yang mampu menyatukan berbagai latar belakang budaya.