Berjalan di Antara Louvre dan Guggenheim: Distrik Seni Baru di Abu Dhabi
3 min read
Kini, jika ingin mengunjungi Louvre dan Guggenheim dalam satu hari, seseorang biasanya harus melintasi perbatasan negara. Namun, Abu Dhabi segera menghadirkan pengalaman berbeda dengan hadirnya distrik budaya di Pulau Saadiyat yang hampir rampung. Menjelang akhir tahun ini, para pengunjung akan bisa berjalan kaki dari satu museum ikonik ke museum lainnya di kawasan seni terbaru ini.
Distrik budaya baru ini menghadirkan cabang internasional dari museum-museum kelas dunia seperti Louvre dan Guggenheim, ditambah dengan beberapa institusi bergengsi lainnya, termasuk ruang seni digital imersif dari teamLab dan museum sejarah alam.
Ketua Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi, Mohamed Khalifa Al Mubarak, menyatakan bahwa keunikan kawasan ini terletak pada kedekatan seluruh institusi budaya tersebut, sesuatu yang jarang ditemukan di tempat lain.
Salah satu inovasi yang ditawarkan adalah jaringan “jalur sejuk” yang memanfaatkan teknik teduh alami agar para pengunjung bisa berjalan kaki dengan nyaman dari satu lokasi ke lokasi lain. Al Mubarak menjelaskan bahwa kawasan ini memang didesain agar orang mudah menjelajah berbagai situs seni dan budaya.
Kompleks museum seluas 2,43 kilometer persegi dengan nilai investasi miliaran dolar ini menjadi salah satu proyek budaya terbesar di dunia. Didesain oleh arsitek-arsitek terkenal seperti Jean Nouvel, Frank Gehry, dan Norman Foster, arsitektur kawasan ini diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri, tak kalah dari koleksi seni di dalamnya.
Direktur Zayed National Museum, Dr Peter Magee, menggambarkan distrik ini sebagai “konstelasi bintang” yang menerangi sejarah, budaya, dan seni di kawasan Timur Tengah.
Proyek yang mulai dibangun sejak pertengahan 2000-an ini memang tak lepas dari kontroversi. Human Rights Watch pernah menyoroti kondisi pekerja migran yang membangun proyek ini, meski pihak pengembang menepis tuduhan tersebut. Di sisi lain, ada juga yang mempertanyakan kesesuaian aturan sensor di Uni Emirat Arab dengan nilai-nilai Louvre dan Guggenheim.
Abu Dhabi berharap, kawasan budaya yang terdiri dari lima institusi utama dengan luas total lebih dari 1,7 juta kaki persegi ini mampu menarik perhatian dunia, sejajar dengan kawasan budaya West Kowloon di Hong Kong atau Museum Island di Berlin.
Eksplorasi Distrik Budaya Saadiyat oleh CNN
Jika telah rampung, Distrik Budaya Saadiyat akan menjadi salah satu kawasan dengan konsentrasi institusi budaya terbesar di dunia. Dalam program One Square Meter, CNN menelusuri berbagai pengalaman yang akan segera hadir di sana, mulai dari museum interaktif hingga hunian mewah.
Keberhasilan Louvre Abu Dhabi menjadi pemicu ekspansi dunia seni di Pulau Saadiyat. Mohamed Khalifa Al Mubarak menegaskan visinya, “Saat semuanya selesai, akan ada kumpulan museum yang saling terhubung dan menceritakan kisah bersama.”
Salah satu atraksi utama adalah malam pembukaan teamLab Phenomena. Pameran interaktif ini dirancang oleh kolektif seniman Jepang, teamLab. Pendiri teamLab, Toshiyuki Inoko, mengungkapkan bahwa sejak berdiri tahun 2001, mereka ingin menciptakan seni fisik dan spasial yang mampu berinteraksi dengan orang, ruang, serta tubuh pengunjung.
Dengan luas 17.000 meter persegi, pameran ini menjadi yang terbesar bagi teamLab dan mengundang pengunjung untuk berinteraksi lewat tampilan digital. Inoko menambahkan, “Saya ingin menciptakan karya di mana kehadiran manusia membawa perubahan, dan orang bisa menjadi bagian dari karya seni itu sendiri, seolah dunia karya seni dan tubuh pengunjung menyatu.”
Jantung kawasan budaya ini adalah Zayed National Museum. Direktur museum, Peter Magee, menyebutnya sebagai pusat dari Distrik Budaya Saadiyat yang bekerja berdampingan dengan museum-museum lain. Ia mengibaratkan, “Setiap museum adalah bintang tersendiri yang bersama-sama menerangi sejarah, budaya, dan seni Uni Emirat Arab dan kawasan sekitarnya.”
Berbeda dengan museum lain yang menampilkan seni dunia, Zayed National Museum berfokus pada perjalanan bangsa. Kepala Unit Desain & Pengembangan di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Mouza Al Qemzi, menyoroti pentingnya pendidikan, “Saya ingin generasi muda memahami nilai-nilai sejarah dan mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa serta inovasi yang pernah ada di tanah ini.”
Bahkan arsitektur gedung berukuran 73.000 meter persegi ini sarat makna, dengan lima sayap yang melambangkan bulu burung elang. Peter Magee menjelaskan, elang adalah simbol penting dalam budaya UEA, dan desain sayap tidak hanya simbolis, tapi juga membantu aspek keberlanjutan gedung.
Dengan kehadiran berbagai museum, ruang seni, hingga pameran digital interaktif, Distrik Budaya Saadiyat siap menjadi destinasi budaya kelas dunia dan ikon baru di Timur Tengah.