16 September 2025

Melacak Jejak 30 Tahun Melalui Seni: Pameran Istimewa di Sungkok Art Museum

3 min read

Museum Seni Sungkok, salah satu museum bersejarah di jantung kota Seoul, merayakan hari jadinya yang ke-30 dengan sebuah pameran khusus yang unik bertajuk “Merekam Museum”. Pameran yang dibuka pada 16 September ini bukanlah sekadar perayaan masa lalu, melainkan sebuah proyek eksperimental yang mengajak para seniman untuk menjelajahi ruang, waktu, dan memori yang terakumulasi di dalam museum itu sendiri.

Ketika Museum Menjadi Kanvas

Untuk proyek istimewa ini, 14 seniman dari Korea dan mancanegara diundang untuk menjadikan Museum Sungkok sebagai subjek sekaligus material karya mereka. Para seniman ini melukis sudut-sudut museum yang menarik perhatian mereka, mengabadikan potret para pengunjung dalam foto, bahkan mengubah seluruh ruang pameran menjadi sebuah kanvas raksasa untuk menciptakan karya instalasi yang megah.

Proyek ini telah berlangsung sejak tahun 2023, di mana para seniman berulang kali mengunjungi museum untuk melakukan observasi dan merasakan atmosfernya secara mendalam. Hasilnya adalah karya-karya baru yang disajikan dalam berbagai medium, mulai dari lukisan, fotografi, instalasi, video, hingga seni suara, yang semuanya menawarkan interpretasi segar dan unik terhadap museum.

Beragam Interpretasi dari Lintas Generasi

Spektrum seniman yang berpartisipasi pun sangat luas, mulai dari Song Ye-hwan yang berusia 30 tahun hingga seniman Prancis Georges Rousse yang berusia 78 tahun. Georges Rousse, misalnya, mengubah ruang pameran dua lantai di gedung kedua museum dengan mengecat dinding dan pilarnya. Garis-garis warna ini, jika dilihat dari satu titik spesifik yang telah ditandai, akan tampak menyatu dan membentuk ilusi sebuah persegi panjang datar dua dimensi. Melalui karyanya, Rousse seolah melemparkan pertanyaan kepada pengunjung: “Apa yang sesungguhnya kita lihat dan kita percayai?”

Di sisi lain, seniman Min Jae-young menggunakan kertas tradisional Korea (hanji) dan tinta untuk merekonstruksi kenangan dan emosi dari pemandangan yang ia lihat saat berjalan-jalan di sekitar museum. Pameran ini juga menampilkan karya fotografi dari Sung Ji-youn yang menangkap momen-momen para pengunjung, serta karya foto dari Veronica-Elena dan Yoon Jeong-mee yang merekam keindahan taman museum.

Persimpangan Sejarah sebagai Sumber Inspirasi

Latar belakang Museum Sungkok itu sendiri menjadi sumber inspirasi yang kaya. Terletak di Gyeonghuigung-gil, Jongno-gu, museum ini berada di sebuah kawasan di mana sejarah dan modernitas saling bertemu, dengan latar belakang pemandangan Gunung Inwang dan Gunung Bugak. Kawasan ini pernah menjadi pusat industri surat kabar dan media, sempat menjadi area pemukiman bagi para pejabat Jepang selama masa penjajahan, dan kini menjadi lanskap perkotaan yang kompleks dengan perpaduan arsitektur rumah tradisional Korea (hanok), rumah peninggalan Jepang, dan bangunan modern.

Pohon-pohon kuno berusia lebih dari seratus tahun di taman patung museum menjadi saksi bisu dari lapisan-lapisan sejarah ini. Para seniman menemukan benang merah kreatif mereka di tengah tumpang tindih sejarah dan keragaman visual tersebut. Karya-karya mereka seolah mengalir mengikuti alur tempat ini, menangkap titik temu antara masa lalu dan masa kini, serta antara memori dan indra.

Warisan Komitmen dalam Membina Seni

Didirikan pada November 1995, Museum Seni Sungkok beroperasi di bawah naungan Sungkok Art & Culture Foundation, yang dibangun berdasarkan filosofi mendiang Sungkok Kim Sung-kon (1913–1975), seorang pengusaha dan pendidik yang percaya bahwa “seni dan pendidikan mencerahkan masa depan bangsa.” Museum ini lahir pada era 1980-an, masa ketika Korea sangat membutuhkan ruang untuk pameran seni kontemporer, dan sejak itu menjadi salah satu museum swasta terkemuka di negara tersebut.

Museum Sungkok secara konsisten menjalankan berbagai program untuk menemukan dan mendukung seniman-seniman muda, salah satunya melalui “Sungkok Art Award for Tomorrow’s Artist”. “Museum ini telah mendukung seniman muda melalui penghargaan tersebut, serta menyelenggarakan pameran tematik yang mengangkat isu-isu sosial dan pameran pertukaran internasional,” ujar Lee Soo-gyun, Wakil Direktur Museum Seni Sungkok.

Beliau menambahkan, “Ke depannya, kami akan terus menjadi landasan bagi para seniman untuk bereksperimen secara kreatif dan berkembang, serta mewujudkan nilai sosial seni melalui kolaborasi dengan berbagai bidang.” Pameran ini akan berlangsung hingga 7 Desember.